Laman

Senin, 28 Januari 2019

6 Tren E-commerce di Indonesia Tahun Ini

6 Tren E-commerce di Indonesia Tahun Ini

INILAHCOM, Jakarta - Total belanja online masyarakat Indonesia akan naik hingga delapan kali lipat dari US$8 miliar pada 2017 menjadi sekitar US$55 miliar hingga US$65 miliar pada 2020, menurut prediksi McKinsey.

Sementara penetrasi belanja online juga naik menjadi 83 persen dari total pengguna internet.

"Tahun ini, pelaku e-commerce semakin gencar menghadirkan inovasi untuk menggaet konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama," kata Indra Yonathan, Country Head of ShopBack Indonesia.

ShopBack adalah platform gaya hidup yang mengkurasi e-commerce.  

Yonathan mengatakan, para pelaku e-commerce masih akan melakukan perang harga. Selain itu, mereka juga akan melakukan gamifikasi pada aplikasi dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah pengguna aktif harian.

Sementara terkait pajak e-commerce yang akan mulai berlaku pada 1 April 2019, Yonathan mengatakan bahwa regulasi itu masih menuai pro dan kontra dari pelaku e-commerce.

"Namun, jika peraturan ini disosialisasikan dengan baik dan diterapkan dengan adil, tentunya akan memperjelas laju industri e-commerce di Indonesia," ucapnya.

ShopBack melihat enam tren dalam industri e-commerce di Indonesia pada tahun ini, yaitu:

1. Semakin banyak orang belanja via perangkat mobile

Menurut Google dan Temasek, 94 persen masyarakat Indonesia mengenal internet melalui smartphone.

Sebanyak 68 persen pengguna mobile juga adalah orang yang berbelanja online.

Data transaksi ShopBank menunjukkan bahwa 75 persen volume pesanan online berasal dari mobile.

2. Jumlah penjual di media sosial akan menurun

Sekitar 130 juta orang Indonesia merupakan pengguna media sosial, menurut laporan We are Social 2018.

Karena itu, tidak mengherankan jika cukup banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan atau bahkan menjajakan produknya.

Tahun ini, masih akan ada penjual di media sosial yang bermunculan. Namun, jumlahnya lebih sedikit. Para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) akan mulai masuk ke e-commerce.

Menurut Yonathan, pada Hari Belanja Online (Harbolnas) tahun lalu, nilai jual produk lokal cukup tinggi. Dan hal ini membuat para pelaku UKM optimistis untuk bergabung dengan e-commerce.

"Selain itu, kemudahan pendataan pemesanan serta marketing budget yang secara tidak langsung diberikan platform e-commerce menjadi alasan UKM mulai mencoba bergabung di e-commerce," katanya.

3. Logistik membaik

Pada 2018, peringkat Indonesia naik 17 peringkat menjadi 46, berdasarkan indeks performa industri logistik dari World bank.

Logistik membaik karena masyarakat yang ingin bisa mendapatkan layanan pengiriman yang cepat dan aman. Kemungkinan, tahun ini, para pelaku industri logistik masih akan terus berbenah.

4. E-commerce jangkau kota di luar Jawa

Selama ini, fokus e-commerce adalah di kota-kota Pulau Jawa. Namun, ShopBack menyebutkan bahwa ada potensi bagi e-commerce untuk menjangkau kota-kota di luar Jawa pada 2019.

Menurut data Nielsen pada Desember 2018, jumlah transaksi di luar Pulau Jawa naik enam persen.

5. Masyarakat lebih suka metode pembayaran agnostik

Tahun ini akan bermunculan startup yang bergerak di bidang pembayaran digital atau financial technology karena pertumbuhan pembayaran digital yang positif pada tahun lalu.

Keamanan dan kenyamanan masih menjadi dua hal yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia. Mereka juga akan lebih menyukai pembayaran agnostik, sehingga mereka bisa menggunakan sumber dana manapun dengan perangkat apapun untuk berbagai merchant.

6. Semakin banyak e-commerce menawarkan promosi cashback

Selain perang harga, ShopBack juga memperkirakan bahwa para pelaku e-commerce akan menawarkan cashback atau uang kembali sebagai salah satu cara promosi.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar