INILAHCOM, Jakarta - Dengan adanya ancaman teroris, rasa ketakutan pemerintah dunia akan enkripsi menjadi beralasan. Mereka menggunakan alasan keamanan negara untuk menekan penggunaan enkripsi, dan di AS --tempat di mana raksasa-raksasa teknologi memiliki markas besar-- proses tersebut telah berlangsung cukup lama.
Salah satu upaya yang paling tampak adalah dalam kasus penembakan di San Bernardino yang terjadi pada akhir tahun 2015, di mana Federal Bureau of Investigation (FBI) menggugat Apple Inc. dalam persidangan untuk membongkar enkripsi dalam iPhone milik salah satu pelaku penembakan, Syed Farook.
FBI terus mendesak Apple untuk menyediakan backdoor yang dapat digunakan untuk meretas iPhone tersebut.
Apple bersikukuh menolak melakukannya dan akhirnya FBI memutuskan untuk menarik gugatan mereka di pengadilan, setelah meminta bantuan para peretas untuk membobol iPhone tersebut.
Technical Consultant Proseperita-ESET Indonesia Mahirrudin mendukung langkah Apple tersebut. Kepada INILAHCOM, saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/8/2017), ia berpendapat bahwa 'solusi terlalu sederhana' yang disarankan oleh FBI untuk memblokir akses ke aplikasi dan memungkinkan pemerintah untuk meretas jalur komunikasi yang aman bukanlah jawabannya.
Ia juga menyoroti tuntutan enkripsi semakin besar mengingat Uni Eropa akan menetapkan General Data Protection Regulation (GDPR) mulai bulan mei 2018 yang memaksa semua entitas bisnis di Eropa menggunakan enskripsi sebagai syarat perlindungan data.
Di Indonesia sendiri, masih banyak perusahaan yang belum mengimplentasikan enskripsi sebagai bagian dari sistem keamanan mereka. Jadi tidak mengherankan jika menurut kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum. dan Kemananan mengatakan bahwa hampir setiap hari Indonesia menerima 1.225 juta serangan siber dari berbagai negara.
"Indonesia harus segera memperhitungan teknologi eskripsi untuk menjawab kebutuhan keamanan perusahaan melindungi data seperti laptop atau komputer dekstop. Enkripsi akan melindungi data yang dicuri atau hilang, agar tidak mungkin dibaca karena dikodekan oleh mekanisme enkripsi," ujar Mahirrudin.
Enkripsi, memang sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Menurut dia, saat seseorang mengirimkan email cinta, tentu sangat berharap sang pujaan hati lah yang membaca isi email tersebut.
"Namun, bagaimana jika bukan orang yang dituju sebagai penerima email tersebut dan kemudian membacanya? Enkripsi, mencoba mencegah hal tersebut terjadi," paparnya.
Manfaat untuk keamanan privasi dalam komunikasi jadi hal penting, sehingga kebutuhan terhadap layanan ini cukup menjanjikan.
ESET Indonesia melihat ada dua model yang kemungkinan akan menjadi tren di kalangan penjahat siber masa depan.
Pertama, locker ransomware atau enkripsi sistem. Jenis ini akan mengenkripsi pada level sistem operasi sehingga pengguna tidak dapat mengoperasikan komputer.
Kedua, crypto ransomware atau enkripsi data. Tipe ini hanya akan mengenkripsi tipe file tertentu. Dalam perkembangannya, semakin banyak tipe file yang menjadi target, jenis ransomware ini juga mengalami perkembangan yang dapat dilihat dari extension file yang dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar