INILAHCOM, Jakarta - Setahun yang lalu, tepatnya 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, dan menewaskan seluruh penumpangnya.
Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang itu mengangkut 189 orang. Berdasarkan manifest, 181 orang merupakan penumpang yang terdiri atas 124 laki-laki, 54 perempuan, satu anak-anak, dan dua bayi. Sementara delapan sisanya merupakan pilot, kopilot, dan enam awak kabin.
Pesawat tersebut berjenis Boeing 737 Max 8 yang dibuat tahun 2018. Lion Air baru mengoperasikan pesawat itu pada 15 Agustus 2018. Saat kecelakaan, pesawat itu baru memiliki kurang lebih 800 jam terbang.
Satu tahun pasca tragedi tersebut, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya merilis hasil investigasi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 itu.
Berikut sembilan faktor yang menurut kesimpulan pejabat KNKT berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan:
1. Asumsi respons pilot terhadap kerusakan
Selama desain dan sertifikasi Boeing 737-8 (MAX), dibuat asumsi-asumsi terkait respons pilot terhadap kerusakan. Meski konsisten dengan pedoman industri saat ini, ternyata asumsi ini tidak benar.
2. Perangkat lunak yang mengontrol MCAS
Berdasarkan pada asumsi ini, perangkat lunak yang mengontrol hidung pesawat (MCAS) bergantung pada sensor tunggal dan dinyatakan tepat dan memenuhi semua persyaratan sertifikasi.
3. Sensor AOA
MCAS pada pesawat dirancang untuk bergantung sepenuhnya pada sensor AOA, hal ini membuatnya rentan terhadap input yang salah dari sensor itu.
AOA atau Angle of Attack adalah parameter kunci dalam penerbangan yang menunjukkan sudut antara sayap pesawat dan arus udara yang mengalir ke arah pesawat.
Jika sudut ini terlalu tinggi, pesawat bisa saja mandek atau kehilangan daya angkat. Data parameter diambil dari dua sensor, satu di antaranya terletak di sisi hidung pesawat.
4. Tak ada panduan MCAS atau penggunaan trim yang terperinci
Dalam manual penerbangan dan sewaktu pelatihan pilot, tidak ada panduan tentang MCAS atau penggunaan trim yang lebih terperinci. Ini semakin menyulitkan kru penerbangan untuk merespons MCAS yang bekerja secara otomatis.
5. Peringatan AOA DISAGREE
Peringatan AOA DISAGREE tidak diaktifkan dengan benar selama pengembangan Boeing 737-8 (MAX).
Akibatnya, peringatan ini tidak muncul selama penerbangan dengan sensor AOA yang salah dikalibrasi.
Ini juga tidak dapat didokumentasikan oleh kru penerbangan dan karenanya tidak tersedia untuk membantu bagian pemeliharaan dalam mengidentifikasi sensor AOA yang salah dikalibrasi.
6. Sensor pengganti AOA salah dikalibrasi
Sensor pengganti AOA yang dipasang pada pesawat yang mengalami kecelakaan telah salah dikalibrasi selama perbaikan sebelumnya. Kalibrasi yang salah ini tidak terdeteksi selama perbaikan.
7. Uji pemasangan sensor AOA
Investigasi juga tidak dapat menentukan bahwa uji pemasangan sensor AOA telah dilakukan dengan benar; namun kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi.
8. Kurang dokumentasi
Kurangnya dokumentasi terkait penerbangan pesawat dan catatan perawatan tentang stick shacker dan penggunaan Runaway Stabilizer NNC yang terus-menerus menunjukkan bahwa informasi ini tidak tersedia bagi kru pemeliharaan di Jakarta dan juga bagi kru kecelakaan. Ini menyulitkan para pihak terkait untuk melakukan tindakan yang sesuai.
9. Sejumlah peringatan komunikasi tidak dapat dikelola secara efektif
Sejumlah peringatan, aktivasi MCAS yang terus berulang dan gangguan komunikasi dengan pihak Air Traffic Control tidak dapat dikelola secara efektif.
Ini disebabkan oleh sulitnya situasi dan kurangnya penanganan manual, eksekusi Non-Normal Checklist (NCC) --yang merupakan prosedur untuk memecahkan masalah-- serta komunikasi awak pesawat, mengarah pada tidak efektifnya aplikasi Crew Resource Management, yaitu metode koordinasi antarpilot yang dirancang untuk memperbaiki respons terhadap kesalahan dan mengurangi stres.
Kekurangan ini sebelumnya telah diidentifikasi selama pelatihan dan muncul kembali selama penerbangan yang kemudian berakhir dengan kecelakaan.
Minggu, 27 Oktober 2019
9 Faktor Ini Berperan di Jatuhnya Lion Air JT-610
9 Faktor Ini Berperan di Jatuhnya Lion Air JT-610
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar