Laman

Rabu, 05 Juni 2019

Begini Nasib Karyawan Kontrak di Google

Begini Nasib Karyawan Kontrak di Google

INILAHCOM, New York - Google ternyata mempekerjakan karyawan kontrak lebih banyak dibanding pegawai tetap. Hal tersebut terungkap dari bocoran dokumen internal Google yang diperoleh New York Times.

Hingga Maret lalu, karyawan kontrak Google kurang lebih berjumlah 121.000 orang di seluruh dunia. Jumlah itu lebih banyak dari pegawai tetap Google yang totalnya ada 102.000 orang.

Hal ini menjadi menarik untuk dibahas lantaran ketidakseimbangan tersebut bisa menciptakan kesenjangan di lingkungan kerja Google, di mana status pekerja kontrak berada di bawah pegawai tetap.

Seperti yang dikisahkan oleh Mindy Cruz, seorang mantan karyawan kontrak di bagian SDM Google yang mulai bekerja pada 2017.

Meski sama-sama bekerja di kantor pusat Google di Mountain View, California, AS dan menggunakan alamat email dengan domain 'Google', menurut Cruz, gaji dan fasilitas yang didapatkannya tidak sebanyak para pegawai tetap.

Walau demikian, dia tetap ingin bekerja menjadi karyawan kontrak dengan harapan suatu saat bisa diangkat menjadi karyawan tetap Google.

Sayangnya, alih-alih meraih impian tersebut, Cruz justru dipecat karena menolak menjalin asmara dengan atasannya.

Gara-gara itu pula, dia tidak dibolehkan lagi bekerja di Google selamanya.

"Rasanya sangat tidak adil. Mereka merebut peluang yang sangat besar ini," keluhnya.

Isu pembedaan status karyawan Google sudah mencuat sejak tahun lalu. Bahkan saat itu diberitakan bahwa Google memberikan dua lencana untuk membedakan status pekerjanya.

Lencana merah untuk karyawan kontrak dan lencana putih untuk pegawai tetap.

Para karyawan kontrak biasanya dipekerjakan oleh perusahaan agensi SDM yang bekerja sama dengan Google. Mereka melakukan berbagai macam pekerjaan mulai dari moderasi konten hingga menguji software.

Awalnya jumlah karyawan kontrak di Google lebih sedikit dibanding pegawai tetap, tapi lambat laun proporsinya menjadi lebih besar.

Seorang karyawan Google mengatakan bahwa 10 tahun lalu jumlah karyawan kontrak hanya sepertiga dari total tenaga kerja sang raksasa internet AS itu.

Google memang mempunyai istilah sendiri untuk mereka yang bekerja di perusahaannya namun bukan berstatus sebagai pegawai tetap alias karyawan kontrak, yaitu 'TVC', singkatan dari temps, vendors, and contractors atau pegawai sementara, vendor, dan kontraktor.

Sementara, pegawai tetap mereka disebut dengan istilah 'Googlers'.

Gaji dan tunjangan kerja yang diperoleh antara Googlers dengan TVC berbeda. Para TVC, misalnya, tidak dibolehkan menghadiri pesta liburan atau pertemuan besar yang digelar perusahaan.

Para TVC juga tidak diizinkan melihat posting lowongan pekerjaan internal ataupun ikut serta dalam jobfair perusahaan.

Menurut New York Times, alasan Google mempekerjakan banyak karyawan kontrak konon tak jauh-jauh dari motivasi untuk mengirit pengeluaran.

OnContracting, sebuah situs untuk mencari lowongan pekerja kontrak, memberikan gambaran penghematannya.

Situs itu menaksir bahwa sebuah perusahaan teknologi di AS rata-rata bisa menghemat pengeluaran hingga US$100.000 atau sekitar Rp1,4 miliar per tahun per orang apabila mempekerjakan karyawan kontrak, alih-alih pegawai tetap.

Pengiritannya berasal dari gaji dan tunjangan karyawan kontrak yang lebih rendah.

Pengelola OnContracting, Pradeep Chauhan, tak menampik bahwa sistem kontrak menimbulkan kesenjangan di antara para karyawan perusahaan.

"Sistem karyawan kontrak ini menciptakan sistem kasta di dalam perusahaan," ujar Chauhan.

Praktik tersebut, menurut OnContracting, sudah lazim dilakukan oleh berbagai perusahaan teknologi di kawasan Silicon Valley, jadi bukan hanya Google saja.

OnContracting memperkirakan 40-50 persen dari tenaga kerja di perusahaan teknologi rata-rata adalah karyawan kontrak.

Menanggapi persoalan tenaga kerja kontrak, Google tak secara langsung membantah adanya kesenjangan tersembunyi di antara para karyawan. Namun, raksasa internet tersebut menegaskan tak merekrut pekerja kontrak semata-mata demi menghemat pengeluaran saja.

Pada April lalu, Google menyatakan tiap karyawan kontrak mereka nantinya harus mendapat jaminan kesehatan, cuti untuk kelahiran anak, dan upah minimum sebesar US$15 per jam dari pihak agensi penyedia SDM yang bersangkutan.

Vice President of People Operations Google Eileen Naughton mengatakan, pihaknya menyediakan fasilitas bagi para pekerja untuk menyuarakan aduan atau hal-hal yang dinilai harus mendapat perhatian perusahaan.

"Kami menyelidiki, meminta pertanggungjawaban dari individu terkait, dan berupaya meluruskan persoalan bagi siapapun yang terdampak," ujar dia.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar