Laman

Selasa, 10 Oktober 2017

Google Temukan Indikasi Rusia 'Main' di Pilpres AS

Google Temukan Indikasi Rusia 'Main' di Pilpres AS

INILAHCOM, Washington DC - Google menemukan bukti bahwa platform-platform mereka telah dieksploitasi oleh agen-agen Rusia yang berusaha mengintervensi Pemilihan Presiden AS 2016.

The Washington Post melaporkan bahwa Google telah memperoleh bukti bahwa puluhan ribu dolar AS telah dibelanjakan sebagai iklan oleh agen-agen Rusia yang berusaha menyebarluaskan disinformasi melalui produk-produk Google, seperti YouTube, Gmail, dan jejaring iklan DoubleClick.

Google mengatakan bahwa mereka telah menetapkan kebijakan periklanan yang ketat, termasuk soal batasan iklan politik dan larangan iklan politik bernuansa ras dan agama.

Saat ini, Google menyatakan tengah menyelidiki upaya-upaya membobol sistem mereka dengan menggandeng para peneliti dan perusahaan-perusahaan lain. Google juga akan memberikan bantuan untuk penyelidikan yang tengah digelar pemerintah.

Perusahaan teknologi asal AS ini sebelumnya mengaku tidak dimanfaatkan oleh Rusia untuk mengarahkan Pemilu Presiden menjadi dimenangkan oleh Donald Trump. Sebaliknya Rusia juga membantah telah memanipulasi proses elektoral di AS.

Raksasa media sosial lainnya, Facebook dan Twitter, sudah lebih dulu mengaku telah menemukan indikasi konten-konten yang dibiayai oleh pihak-pihak berkepentingan di Rusia.

Google, Facebook, dan Twitter akan hadir di dengar pendapat pada 1 November bersama Komisi Intelijen Senat AS. Ketiga perusahaan akan menunjukkan bukti bahwa mereka telah diam-diam dimanipulasi demi kempanye politik yang menguntungkan Donald Trump pada Pemilu Presiden tahun lalu.

Para jaksa AS sendiri sedang menyelidiki dugaan campur tangan Rusia itu dan kemungkinan kolusi Rusia dengan tim kampanye Trump.

Konten tertentu pada jejaring media sosial atau mesin pencari bisa menjadi sasaran bagi pengguna tertentu, berdasarkan profil, lokasi atau histori risetnya. Ini bisa melibatkan pengiklan tradisional dan juga publikasi atau halaman-halaman bersponsor.

Facebook belum lama ini mengungkapkan bahwa dengan hanya US$100.000, para buyer yang punya kaitan dengan Rusia bisa menaruh sekitar 3.000 iklan dalam laman Facebook setiap tahun yang tujuannya mempengaruhi Pemilu demi memenangkan Trump atas kandidat Demokrat, Hillary Clinton.

Facebook pun telah menyerahkan rincian ribuan iklan itu ke pihak penyelidik.

Sementara itu, Twitter telah menyerahkan akun-akun palsu dan item-item berita bohong yang digunakan agen-agen Rusia untuk membanjiri dunia maya dengan cuitan-cuitan politik bernada memecah belah dan anti-Clinton.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar