Laman

Jumat, 13 Oktober 2017

Google Bongkar Jaringan Iklan Selama Pilpres AS

Google Bongkar Jaringan Iklan Selama Pilpres AS

INILAHCOM, San Francisco - Google temukan operator Rusia yang menghabiskan puluhan ribu dolar untuk iklan pada YouTube, Gmail dan mesin pencarian Google-nya demi mencampuri pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016, menurut penjelasan seseorang yang membeberkan penyelidikan perusahaan tersebut.

Iklan tersebut tampaknya tidak berasal dari entitas afiliasi Kremlin yang sama dalam pembelian iklan di Facebook, namun kemungkinan mengindikasikan upaya disinformasi dalam jaringan Rusia yang lebih luas, menurut sumber yang tidak memiliki wewenang membahas rincian investigasi rahasia oleh Google tersebut.

Perusahaan Microsoft mengatakan secara terpisah pada Senin bahwa mereka melihat apakah orang Rusia membeli iklan pemilihan AS di mesin pencari Bing atau produk dan platform milik Microsoft lainnya. Seorang juru bicara perusahaan tersebut menolak berkomentar lebih lanjut.

Pengungkapan tentang Google sepertinya akan mendorong penelitian lebih lanjut mengenai peran raksasa teknologi Silicon Valley, yang mungkin terjadi tanpa disadari selama pemilihan tahun lalu. Badan intelijen AS menyimpulkan bahwa tujuan Moskow adalah untuk membantu memilih Donald Trump.

Google menemukan kurang dari 100 ribu dolar AS dalam pembelanjaan iklan yang berpotensi terkait dengan pelaku asal Rusia, demikian sumber tersebut.

Twitter dan Facebook baru-baru ini mendeteksi dan mengungkapkan dugaan kegiatan Rusia, yang bekerja untuk pembuatan konten yang dikenal sebagai Badan Riset Internet di St. Petersburg, Rusia.

Badan tersebut menggunakan platform mereka untuk membeli iklan dan mengunggah konten yang secara politis memecah belah, dalam upaya mempengaruhi Amerika sebelum dan sesudah pemilihan presiden 2016 pada November.

Badan Riset Internet mempekerjakan ratusan orang yang disebut "troll" untuk memposting konten pro-Kremlin, yang sebagian besar isinya palsu atau mendiskreditkan, dengan kedok akun media sosial palsu yang diajukan sebagai penduduk Amerika atau Eropa, menurut anggota parlemen dan periset.

Tinjauan Google lebih kuat daripada yang dilakukan sejauh ini oleh Facebook atau Twitter, menurut sumber tersebut.

Pembelian iklan oleh Rusia di Google pertama kali dilaporkan oleh Washington Post.

Google tidak menyangkal cerita tersebut, dan dalam sebuah pernyataan menunjuk pada kebijakan iklan yang ada yang membatasi penargetan iklan politik dan melarang penargetan berdasarkan ras atau agama.

"Kami melihat lebih dalam untuk menyelidiki upaya penyalahgunaan dalam sistem kami, bekerja dengan periset dan perusahaan lain, dan akan memberikan bantuan untuk penyelidikan yang sedang berlangsung," demikian juru bicara Google pada Senin. [tar]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar