Laman

Sabtu, 16 Februari 2019

Kenali Dampak 'Stunting' dan Cara Pencegahannya

Kenali Dampak 'Stunting' dan Cara Pencegahannya

INILAHCOM, Jakarta - Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis bisa menjadi hal serius di Indonesia.

Untuk itu RS Muhammadiyah menggalakkan perbaikan gizi dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama menurunkan stunting.

Kepala Humas dan Promosi Kesehatan RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan, Anita Komariyah mengungkapkan salah satu penyebab stunting disebabkan oleh, kurangnya asupan gizi yang baik untuk anak di 1.000 hari pertama kelahiran. 

Menurutnya, untuk mencegah stunting, seorang ibu harus mempersiapkan gizi yang terbaik untuk anak selama 1.000 hari pertama sejak kelahiran sang anak dan menghindari makanan cepat saji.

"Sebaiknya hanya bahan alami dan tidak ada bahan kimianya," kata Anita dalam seminar tentang Cegah Stunting dengan Pemberian Makanan yang Tepat di Jakarta, Sabtu (16/2/2019).

Dia menjelaskan RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan juga telah memiliki USG 4 Dimensi dan Dokter Sub Spesialis Fetomaternal, dan dia juga mengatakan bahwa ibu hamil minimal wajib memeriksakan satu kali dalam kehamilanya ke bagian Kebidanan dan kandungan sub spesialis fetomaternal yang dimaksudkan untuk mendeteksi kelainan yng mungkin terjadi pada calon bayi di dalam kandungan.

Senada juga disampaikan Pakar Gizi Fitri Wardah Mardiah yang menilai bahwa stunting tidak hanya akan berdampak kepada bentuk tubuh anak saja, tetapi juga ke perkembangan otak anak.

"Stunting menyebabkan otak anak tidak berkembang dengan baik sehingga menurunkan kemampuan kognitifnya," ujarnya.

Fitri menjelaskan leboh lanjut jika anak yang mengalami pertumbuhan otak lambat akibat stunting, maka di usia 30 tahun produktif ke atas akan mudah menderita penyakit degeneratif spt sakit diabetes dan obesitas.

"Jadi suatu saat pas anak sekolah nanti dia tidak bisa fokus atau susah konsentrasi dalam belajar. Ujungkan kan tidak bisa bertarung menjadi SDM terbaik di dunia kerja nanti," ujarnya.

Dampak dari stunting, menurut Fitri dapat menurunkan mutu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Ini berkaitan perkembangan kecerdasan pada anak yang stunting terhambat. Jika terus berlanjut, generasi di masa depan tidak punya daya saing bekerja. Akhirnya, terjadi penurunan daya saing dan rentan kena penyakit.

Dia berpandangan untuk mencegah stunting kepada anak, seorang ibu harus menyusui anak itu setelah 1 jam setelah lahir. Atau kemudian, menurutnya, selama 6 bulan kemudian anak tersebut hanya diperbolehkan mengkonsumsi ASI, ekslusif setelah 6 bulan baru bisa diberi makanan pendamping.

"Jadi makanan pendamping ASI (MPASI) itu tidak boleh terlalu cepat atau ditunda ke anak," katanya.

Dia menilai untuk ukuran Asia Tenggara  angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Saat  ini pemerintah tidak berhenti untuk menggenjot program perbaikan gizi bagi ibu dan anak untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.

"Sudah 3 tahun ke belakang ini, Pemerintah selalu memperhatikan isu stunting setiap Peringatan Hari Gizi Nasional. Semoga ini bisa berdampak positif," pungkas Fitri. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar