Laman

Minggu, 07 Oktober 2018

Ada 797 Merek Sampah Plastik di 3 Pantai Indonesia

Ada 797 Merek Sampah Plastik di 3 Pantai Indonesia

INILAHCOM, Jakarta - LSM bidang lingkungan hidup, Greenpeace, menemukan 797 merek sampah plastik dari audit yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia bersama sejumlah komunitas lokal di tiga pantai di sejumlah daerah Indonesia.

Audit merek sampah plastik tersebut dilakukan pada pertengahan September lalu di tiga lokasi, yaitu Pantai Kuk Cituis (Tangerang), Pantai Pandansari (Yogyakarta), dan Pantai Mertasari (Bali).

"Ada 797 merek dari sampah plastik yang kami temukan dari tiga lokasi, di mana yang terbesar adalah merek-merek makanan dan minuman (594 merek), kemudian merek-merek perawatan tubuh (90), kebutuhan rumah tangga (86), dan lainnya (27)," kata Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, dalam siaran persnya.

Selain itu, ujar dia, pihaknya juga menemukan banyak sampah plastik yang tidak terlihat lagi mereknya.

"Ini mengindikasikan bahwa sampah tersebut sudah lama terbuang dan berada di lingkungan tersebut," jelas Atha.

Dia memaparkan, secara global hanya 9 persen sampah plastik yang didaur ulang dan 12 persen dibakar. Dengan kata lain, 79 persen sisanya berakhir di tempat-tempat pembuangan maupun saluran-saluran air seperti sungai yang bermuara ke lautan.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan produktivitas sektor perikanan berpotensi untuk terus menurun akibat semakin banyaknya sampah plastik masuk ke kawasan perairan nasional.

"Produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk ke jejaring makanan yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Moh. Abduh Nurdihajat.

Dia memaparkan, menjelang penyelenggaraan Our Ocean Conference (OOC) 2018, KKP juga menggelar Gerakan Bersih Pantai dan Laut seperti di Pantai Pede, Labuan Bajo, Manggarai Barat, pada Rabu pekan lalu (3/10/2018).

Kegiatan bersih pantai tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampah-sampah di pesisir pantai, terutama sampah plastik untuk kemudian ditimbang.

Dalam kegiatan tersebut, lebih dari 1 ton sampah terkumpul, yakni tepatnya 1.007,54 kg. Sampah-sampah tersebut selanjutnya akan dikirim ke tempat pengolahan sampah di Manggarai Barat.

"Sampah plastik telah menjadi ancaman yang serius. Tak hanya sampah yang berasal dari daratan Labuan Bajo, tapi juga sampah dari pelayaran laut dan yang terbawa arus serta dari pulau-pulau kecil sekitar Pulau Komodo," ujar Abduh.

Dia menambahkan, jika sampah plastik ini tidak dikendalikan atau dikelola dengan baik, maka terjadi proses pelapukan menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir dan dimakan oleh plankton serta ikan.

Mengingat pencemaran laut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia, maka diperlukan upaya bersama seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk melakukan pengendaliannya.

"Upaya bersama menyelamatkan potensi pesisir dan laut dari ancaman pencemaran terutama sampah laut harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan," ungkap Abduh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar