Laman

Rabu, 06 Juni 2018

Jepang Mulai Berdayakan Robot Sebagai Wartawan

Jepang Mulai Berdayakan Robot Sebagai Wartawan

INILAHCOM, Tokyo - Zaman yang semakin canggih seolah tak menutup kemungkinan apapun, termasuk memberdayakan robot sebagai wartawan atau jurnalis.

Pekerjaan wartawan seperti mengamati isu terkini, mencari informasi dan fakta di lapangan, melakukan analisa, hingga proses penulisan berita, kini semua bisa dilakukan oleh robot di Jepang.

Media yang memberdayakan kecerdasan robot sebagai wartawan adalah JX Press. Tadinya, media ini merupakan sebuah startup kecil yang bernama JX Press Corp, sebuah perusahaan teknologi berita yang didirikan pada 2008 oleh Katsuhiro Yoneshige.

Awalnya, hal di luar kewajaran itu dilakukan Yoneshige ketika ia masih berstatus mahasiswa baru di perguruan tinggi. Kala itu, Yoneshige membuat sebuah program komputer untuk melaporkan insiden yang terjadi di sekitarnya.

Apa yang terjadi? Berita yang dia buat muncul setengah jam lebih cepat daripada media yang sudah memiliki nama-nama besar. Bahkan menurut seorang pengamat, Yoneshige melakukannya dengan sangat cepat meskipun tidak memiliki wartawan.

Rahasia JX Press ternyata adalah kombinasi dari media sosial dan kecerdasan buatan (AI). Yoneshige dan timnya telah mengembangkan alat menggunakan pembelajaran mesin atau machine learning. Hal ini untuk menemukan berita di pos media sosial dan menulisnya sebagai laporan berita. Pada dasarnya, ini adalah ruang berita yang dikelola para insinyur, bukan jurnalis.

Salah satu contohnya, yakni soal saudara tiri dari diktator Korea Utara Kim Jong-Un yang bernama Kim Jong-Nam yang dikabarkan tewas di sebuah bandara di Malaysia. Berita kematian Kim Jong-Nam ini sampai di Jepang bukan oleh salah satu konglomerat media raksasa di negara itu, tetapi oleh startup kecil JX Press Corp.

JX Press yang berbasis di Tokyo memiliki 24 staf dengan usia rata-rata 29 tahun. Dua pertiga di antaranya adalah insinyur, bukan wartawan. Perusahaan ini memiliki dua produk utama, yakni layanan berita berbasis langganan bernama Fast Alert dan aplikasi berita seluler gratis bernama NewsDigest.

Kala kasus Kim Jong-Nam mencuat, NewsDigest berhasil tayang dan sampai ke pembacanya di Jepang pukul 19.52 waktu setempat, sedangkan stasiun TV baru berhasil memuatnya sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Dari situ seorang sosiolog Noritoshi Furuichi menulis di Twitter setelah laporan kematian Kim Jong-Nam bahwa televisi telah menjadi media yang lambat.

Fast Alert bekerja dengan menelusuri dan menganalisa setiap postingan di media sosial. Kemudian dari situ akan dianalisa teks, foto, bahkan tanda serunya. Selepas itu, robot dengan program canggih akan menemukan berita terhangat yang terjadi di Jepang seperti berita kebakaran, kecelakaan lalu lintas, dan kejadian aktual lainnya.

Selain itu, Fast Alert juga memiliki kapabilitas untuk memonitoring terhadap media luar negeri dan akun Twitter yang dianggap dapat dipercaya. Kemudian sistem akan berusaha menjadi yang pertama melaporkan perkembangan internasional. Setelah menemukan berita, algoritma akan bekerja menulis apa yang terjadi secara otomatis.

Berangkat dari sebuah startup kecil, kini JX Press justru menjadi backbone dari perusahaan-perusahaan media besar. JX Press memiliki klien antara lain NHK, TV Asahi, dan Fuji Television yang bersedia membayar mahal demi menjadi media tercepat dalam menyapaikan informasi.

Sayangnya, Yoneshige menolak mengungkap berapa biaya yang mesti dikeluarkan untuk mendapat layanan Fast Alert.

Wakil Kepala Redaksi di TV Asahi, Koichiro Nishi, mengatakan bahwa Fast Alert milik JX Press menjadi alat yang wajib dimiliki. "Kami mulai menggunakannya pada newsroom kami sejak bulan November 2016 setelah banyak berita bohong soal gempa Jepang," katanya.

"Ini memungkinkan mereka untuk mendeteksi berita bahkan sebelum polisi dan departemen pemadam kebakaran datang dan tahu. Bukannya menunggu untuk mendengar berita dari mereka. Ini pada dasarnya adalah dunia dengan 100 juta juru kamera," imbuh Nishi.

Selain cepat, Fast Alert juga diklaim dapat menyaring 99 persen berita palsu. Yoneshige mencontohkan gempa bumi yang melanda Kumamoto di barat daya Jepang pada April 2016.

Tak lama setelah itu, sebuah gambar beredar di media sosial, yakni seekor singa yang dilaporkan melarikan diri dari kebun binatang lokal dan berkeliaran di kota. Namun, dengan segera Fast Alert menyadari bahwa gambar itu berasal dari Afrika Selatan, bukan di Jepang.

Soal robot dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), belakangan memang sedang marak diperbincangkan. Beragam teknologi, baik yang sudah terlaksana hingga wacana, terus menjadi topik menarik. Mulai dari isu robot mengambil alih kehidupan manusia, memiliki kesetaraan hak dan lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar