INILAHCOM, Yogyakarta - Tim-tim mahasiswa Indonesia yang rutin ikut dan telah meraih penghargaan dalam ajang tahunan Shell Eco-marathon Asia siap berkompetisi dan mempertahankan gelar juara.
Shell Eco-marathon Asia 2018 akan diselenggarakan di festival Make the Future Singapore 2018 pada 8-11 Maret 2018 di Changi Exhibition Center, Singapura. Festival yang terbuka untuk umum ini akan menampilkan beragam gagasan dan solusi inovatif seputar energi di Asia, yang terkait dengan tantangan energi dunia.
Memasuki tahun kedua pelaksanaan Make the Future Singapore, kompetisi Shell Eco-marathon Asia akan tetap menjadi sorotan utama festival ini.
Di ajang Shell Eco-marathon Asia 2018, sebanyak lebih dari 100 tim pelajar/ mahasiswa dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah akan berkompetisi dalam mengembangkan solusi mobilitas yang inovatif, baik itu dalam mendesain, membangun, menguji, dan mengendarai mobil hemat energi di dunia.
Shell Eco-marathon bukanlah sebuah ajang kompetisi untuk menciptakan mobil tercepat, melainkan untuk menciptakan mobil masa depan yang dapat menempuh perjalanan terjauh dengan menggunakan sumber energi paling hemat, serta memenuhi standar keamanan.
Singapura untuk kedua kalinya kembali menjadi tempat penyelenggaraan Shell Eco-marathon Asia, setelah yang pertama di tahun 2017. Sebelumnya, ajang kompetisi mobil hemat energi itu diselenggarakan di Malaysia (2010-2013) dan Filipina (2014-2016).
Sejak pertama kali ajang Shell Eco-marathon Asia diadakan di Malaysia pada tahun 2010, tim mahasiswa Indonesia selalu berpartisipasi dan menunjukkan prestasi di ajang tersebut.
Untuk tahun ini, 26 tim mahasiswa dari 20 Perguruan Tinggi di Indonesia telah bersiap untuk berpartisipasi dalam Shell Eco-marathon Asia 2018.
"Kami berharap tim mahasiswa Indonesia kembali dapat mencetak prestasi yang membanggakan di ajang Shell Eco-marathon Asia dan mampu masuk ke Drivers’ World Championshsip – Regional Asia 2018. Semoga antusiasme dan pencapaian tim mahasiswa Indonesia bisa memberikan inspirasi bagi anak muda lainnya untuk berkontribusi dalam menciptakan teknologi di bidang mobilitas dan energi," kata Darwin Silalahi, President Director & Country Chairman PT Shell Indonesia.
Menurut dia, kompleksitas dan keberagaman di Asia membuat tantangan akan ketersediaan energi menjadi sangat variatif. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya arus urbanisasi, standar hidup dan pertumbuhan penduduk yang membuat permintaan akan energi tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat.
"Satu hal yang tidak berubah adalah fakta bahwa kita harus terus mengembangkan energi yang kita butuhkan dengan cara yang lebih bersih dan berkelanjutan. Melalui festival Make the Future dan kompetisi Shell Eco-marathon, Shell mendorong segala upaya untuk bersama-sama menjawab tantangan energi tersebut," ujar Darwin.
Dalam acara pelepasan tim dan konferensi pers di Yogyakarta, Selasa (27/2/2018), Shell Indonesia memperkenalkan sembilan dari 26 tim mahasiswa Indonesia yang akan berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia 2018. Sembilan tim tersebut adalah::
1. Tim Garuda UNY Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta,
2. Tim Semar Urban UGM Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
3. Tim Semar Proto UGM Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
4. Tim Bengawan Team 1 dari Universitas Sebelas Maret, Solo,
5. Tim Bengawan Team 2 dari Universitas Sebelas Maret, Solo,
6. Tim Pandawa dari Universitas Negeri Semarang, Semarang,
7. Tim Mesin Polnep Diesel Team dari Politeknik Negeri Pontianak, Pontianak,
8. Tim Wasaka dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
9. Tim Mesin UM Pontianak dari Universitas Muhammadiyah, Pontianak.
Kompetisi Shell Eco–marathon dibagi dalam dua kategori, yaitu Prototype dan UrbanConcept.
Kategori Prototype berfokus pada desain yang mampu mengurangi hambatan dan memaksimalkan tingkat efisiensi. Sementara kategori UrbanConcept merupakan kendaraan roda empat yang menekankan pada desain yang lebih praktis sekaligus memenuhi kebutuhan riil pengguna transportasi di daerah perkotaan.
Menurut Manager Tim Semar Urban Antonius Adhika Angkasa, mobil yang diberangkatkan ke ajang Shell Eco-marathon Asia kali ini adalah mobil UrbanConcept generasi ketiga yang dibuat Tim Semar.
Nama Semar diambil dari tokoh punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Dengan nama ini, Adhika berharap, budaya Indonesia bisa diperkenalkan ke dunia luar melalui ajang Shell Eco-marathon Asia.
Mobil tersebut masuk ke dalam kelas energi mesin berpembakaran dalam (internal combustion engine) yang berbahan bakar bensin. Mesin yang digunakan adalah mesin sepeda motor Honda Supra 125cc.
”Kami sengaja menggunakan bahan bakar bensin karena bensin adalah bahan bakar yang cukup umum digunakan di Indonesia. Harapannya hasil riset kami dapat digunakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari," ujar Adhika.
Dia menambahkan, rangka mobil menggunakan bahan aluminium yang ringan dan kuat, serta bodinya yang dibuat sangat aerodinamis menggunakan bahan ringan yaitu komposit serat karbon.
Adhika juga mengungkapkan bahwa Tim Semar Urban memiliki target untuk menjadi juara pertama Shell Eco-marathon Asia untuk kategori UrbanConcept Internal Combustion Engine dan lolos mewakili Asia di ajang Drivers' World Championship Final di London, Inggris pada Juli 2018.
"Sejauh ini kami telah mencapai angka lebih dari 300 kilometer per liter saat pengujian," ujarnya.
Sementara Tim Wasaka dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin kembali berpartisipasi di Shell Eco-marathon Asia 2018. Kali ini mereka turun dengan mobil Prototype bernama BAUNTUNG EVO.04 yang menggunakan bahan bakar bensin.
Bauntung, yang dalam bahasa Banjar memiliki arti keberuntungan, diharapkan dapat membawa keberuntungan kepada mereka tahun ini.
"Dari awal terbentuknya Tim Wasaka, kami memutuskan menggunakan bahan bakar bensin dan memang fokus pada pengembangannya. Hal itu juga terkait dengan daerah Kalimantan Selatan yang mayoritas masih menggunakan bahan bakar bensin," ujar Aries Aditya Kurniawan, Ketua Tim BAUNTUNG EVO.04, yang juga mahasiswa Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat.
Lebih jauh Aries menjelaskan, mobil ciptaan mereka memiliki ciri khas yakni dari bentuk yang terinspirasi dari ikan haruan. Ikan haruan adalah ikan khas yang sangat digemari masyarakat Kalimantan Selatan. Bahkan ikan ini menjadi 'pendamping wajib' masakan ketupat Kandangan.
Adapun warna biru putih melambangkan Kampus Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Seperti tahun sebelumnya, tim-tim terbaik dari setiap kategori dan jenis bahan bakar di Shell Eco-marathon Asia 2018 akan kembali ditantang di kompetisi Drivers’ World Championship – Asia Regional, yang akan diadakan pada 11 Maret 2018.
Di kompetisi ini, akan dipilih kendaraan hemat energi yang tercepat. Pemenangnya akan mewakili Asia di ajang Drivers’ World Championship Final di London, Inggris dan berkompetisi dengan tim-tim terbaik dari Eropa dan Amerika pada Juli 2018.
Catatan membanggakan pernah ditorehkan oleh tim-tim dari Indonesia. Tahun lalu, dua tim mahasiswa Indonesia, yaitu tim Bengawan 2 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Tim ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terpilih mewakili Asia di ajang Drivers’ World Championship Final.
Sedangkan pada tahun 2016, Tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung berhasil menyabet juara pertama di ajang bergengsi tersebut.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai 'Make the Future Singapore' dapat langsung sambangi tautan berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar