Laman

Selasa, 05 Desember 2017

Bangladesh Memulai Pembangunan PLTN Pertama

Bangladesh Memulai Pembangunan PLTN Pertama

INILAHCOM, Ishwardi - Bangladesh telah memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang pertama di daerah Rooppur, Ishwardi.

Akhir November lalu, pemasangan beton pertama dilakukan di kompleks PLTN Rooppur, disaksikan oleh Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan Direktur Jenderal Rosatom Atomic Energy Corporation Alexey Likhachev.

PLTN Rooppur akan berkontribusi pada kebutuhan energi Bangladesh yang saat ini yang mencapai 4.000 MW.
 
Selain merupakan PLTN pertama, PLTN Rooppur juga akan menjadi satu dari dua unit PLTN yang akan dibangun oleh Bangladesh hingga tahun 2023.
 
"Pembangunan PLTN adalah mimpi yang telah lama dimiliki oleh Bangladesh dan kini kami melakukan langkah lebih dekat untuk mewujudkannya. Kami memasuki dunia nuklir yang merupakan kebanggaan dan kehormatan bagi kami sebagai sebuah negara. Kami berterima kasih kepada Rusia atas hal ini," kata PM Hasina.
 
Dia menambahkan, PLTN ini dibangun dengan menggunakan teknologi Rusia yang paling modern. Untuk memastikan keamanan reaktor, Bangladesh juga akan selalu menaati pedoman dan aturan yang ditetapkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Likhachev pun menegaskan bahwa PLTN Rooppur akan bekerja dengan menggunakan teknologi VVER-1200 yang inovatif, yang telah beroperasi di Rusia.

"Hari ini kami tidak hanya memulai pembangunan fasilitas dengan siklus operasional lebih dari 100 tahun. Pada saat yang bersamaan, kami memperkuat persahabatan dan kerjasama untuk masa depan yang lebih baik bagi anak cucu kita. Kami akan melakukan yang terbaik untuk pembangunan PLTN Rooppur di Bangladesh, seperti halnya yang telah kami lakukan di Rusia," ujarnya.
 
Pengembangan tenaga nuklir juga akan bermanfaat bagi ekonomi Bangladesh, memberi dorongan pada pengembangan sains dan teknologi, dan menciptakan lapangan kerja baru.
 
Bangladesh menjadi salah satu negara di Asia yang telah mengadopsi teknologi nuklir untuk tujuan damai, termasuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Negara-negara Asia lain yang telah bergabung antara lain India, China, Iran, dan Jepang.


 
Bercermin dari Bangladesh
 
Kepala Komisi Energi Dewan Riset Nasional Indonesia yang juga pakar nuklir Indonesia, Dr Arnold Soetrisnanto mengatakan, dengan dimulainya pembangunan PLTN berskala besar yang modern dan aman, Bangladesh saat ini sedang dalam perjalanan untuk mendapatkan sumber pasokan listrik yang paling ramah dan ekonomis.

"Apabila Indonesia ingin mempertahankan statusnya sebagai negara maju dan berdaulat, maka Indonesia harus bercermin pada Bangladesh dan memulai program tenaga nuklir," ujar Dr Arnold dalam keterangan tertulisnya kepada INILAHCOM.
 
Dia menambahkan, sumber-sumber energi fosil yang selama ini menjadi tulang punggung sumber energi Indonesia pada akhirnya akan habis. Menurut dia, dengan berkurangnya penemuan cadangan baru, minyak bumi nasional yang akan habis dalam 11 tahun, gas alam habis dalam 35 tahun, dan batubara habis dalam 70 tahun.
 
"Namun di saat yang sama, Indonesia memproyeksikan pertumbuhan industri di atas 30 persen dan ekonomi di atas 7 persen. Kondisi ini tentu saja mengancam ketahanan energi nasional dan mengakibatkan terganggunya stabilitas ekonomi dan sosial," Arnold menegaskan.
 
Sementara itu, Peneliti Energi dari Universitas Nasional Singapura, Dr Victor Nian, berpendapat bahwa proyek pembangunan PLTN Rooppur di Bangladesh diharapkan bisa menjadi referensi penting bagi negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang memiliki kepentingan untuk mengembangkan energi nuklir.

"Proyek ini juga dapat menjelaskan perkembangan kebijakan di bidang pengelolaan bahan bakar bekas dan limbah radioaktif di negara-negara berkembang di Asia Selatan dan Tenggara melalui kemitraan strategis dengan Rusia," ujarnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar