Laman

Selasa, 14 November 2017

Jasad Singa Gua Berusia 50.000 Tahun Ditemukan

Jasad Singa Gua Berusia 50.000 Tahun Ditemukan

INILAHCOM, Moskow - Jasad beku anak singa gua yang berasal dari Zaman Es baru-baru ini diungkap ke publik di Rusia. Kondisi jasad yang utuh dan terawetkan dengan baik tersebut membuka peluang bagi ilmuwan untuk menciptakan hewan kloning dari singa gua.

National Geographic melansir, jasad beku itu ditemukan oleh penduduk lokal di wilayah Yukatia, pada September lalu. Tanah beku permanen (permafrost) di kawasan tersebut memang dikenal mampu mengawetkan hewan seperti singa gua dan mamut, bahkan puluhan ribu tahun setelah spesies tersebut punah.

Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan menemukan sisa jasad singa gua. Dua tahun lalu, anak singa gua yang diberi nama Uyan dan Dina ditemukan. Berusia sekitar 12.000 tahun, Uyan dan Dina merupakan jasad singa gua prasejarah pertama yang ditemukan dalam kondisi terawetkan dengan baik.

Tak seperti Uyan dan Dina yang mati pada usia sekitar dua atau tiga minggu, spesimen baru bayi singa gua ini tampaknya tewas ketika berusia sekitar satu tahun. Ia diperkirakan tewas sekitar 50.000 tahun lalu. Karena hewan tersebut sudah tumbuh gigi, ilmuwan akan dapat mengetahui secara akurat berapa usia anak singa gua itu.

Jasad anak singa gua tersebut kira-kira seukuran lengan bawah orang dewasa, tampak padat dan berwarna abu-abu, namun masing-masing cakarnya masih dapat dilihat. Gumpalan bulu masih menonjol dari tubuh binatang. Mungkin yang paling mencolok adalah wajah anak singa itu, yang masih bisa dilihat bertumpu pada salah satu kakinya.

Analisis lebih lanjut akan dilakukan untuk melihat apakah anak singa ini berkelamin jantan atau betina.



Kondisi jasad yang terawetkan dengan sangat baik ini menumbuhkan harapan ilmuwan agar bisa digunakan untuk kloning. Pada tahun 2016, ilmuwan Korea Selatan dan Rusia mengatakan kepada Interfax bahwa mereka akan mencoba mengkloning anak singa gua.

Belum dapat dipastikan apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan ilmuwan terhadap spesimen baru ini. Namun, mengembalikan spesies dari kepunahan, telah menuai pro dan kontra dan menjadi perdebatan panas di kalangan ilmuwan.

Para ilmuwan yang bertemu di forum National Geographic pada 2013 lalu sepakat bahwa merekonstruksi genom --proses yang dibutuhkan untuk menciptakan kembali spesies-- berada dalam jangkauan ilmiah, namun membutuhkan spesimen yang terjaga dari pembusukan.

Singa gua telah punah sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sedikit yang ilmuwan ketahui tentang mereka berasal dari penelitian pada tulang dan jejak mereka. Kucing besar yang merupakan salah satu subspesies dari singa modern ini terkadang dijuluki 'singa stepa', karena gemar berkeliaran di padang rumput Eropa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar