Laman

Sabtu, 29 Juli 2017

Penurunan Jumlah Sperma Berujung Kepunahan Manusia

Penurunan Jumlah Sperma Berujung Kepunahan Manusia

INILAHCOM, London - Umat manusia dapat punah jika jumlah sperma pada kaum laki-laki terus berkurang dengan laju saat ini, demikian para peneliti memperingatkan.

Mengutip BBC, para peneliti yang mengkaji hasil dari hampir 200 studi mengatakan bahwa jumlah sperma di antara para laki-laki dari Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Selandia Baru, tampak telah berkurang setengahnya dalam waktu kurang dari 40 tahun.

Beberapa pakar menyikapi temuan Human Reproduction Update ini dengan skeptis. Namun, peneliti utama Dr Hagai Levine mengatakan bahwa ia 'sangat khawatir' akan apa yang mungkin terjadi di masa depan.

Kajian yang merupakan salah satu penelitian terbesar itu mengumpulkan hasil dari 185 studi dari antara tahun 1973 dan 2011.

Dr Levine, seorang pakar epidemiologi dari Universitas Ibrani Yerusalem, mengatakan kepada BBC bahwa jika tren ini berlanjut umat manusia akan punah.

"Jika kita tidak mengubah cara hidup dan lingkungan dan zat kimia sekitar kita, saya sangat khawatir pada apa yang akan terjadi di masa depan. Pada akhirnya, kita mungkin mendapat masalah dengan reproduksi pada umumnya, dan itu mungkin kepunahan umat manusia," ujarnya.

Para ilmuwan yang tidak terlibat dalam studi Dr Levine memuji kualitas penelitiannya, namun mengatakan bahwa mungkin terlalu awal untuk membuat kesimpulan tersebut.

Dr Levine menemukan penurunan konsentrasi sperma sebesar 52,4 persen, dan penurunan jumlah sperma total sebesar 59,3 persen pada laki-laki yang berasal dari Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Selandia Baru.

Studi tersebut juga mengindikasikan laju penurunan jumlah sperma pada kaum laki-laki di negara-negara tersebut terus berlanjut, bahkan mungkin bertambah.

Sebaliknya, tidak ada penurunan signifikan jumlah sperma yang tercatat di Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Namun, para peneliti mengemukakan bahwa baru sedikit studi yang dilakukan terhadap wilayah-wilayah tersebut.

Bagaimanapun, Dr Levine cemas bahwa pada akhirnya jumlah sperma bisa anjlok juga di kawasan-kawasan itu.

Banyak studi sebelumnya telah mengindikasikan penurunan tajam jumlah sperma di negara ekonomi berkembang, namun kelompok skeptis mengatakan sebagian besar studi tersebut telah dilakukan dengan metode penelitian yang cacat.

Beberapa ilmuwan meneliti jumlah laki-laki yang relatif sedikit, atau hanya melibatkan laki-laki yang mendatangi klinik kesuburan dan, yang memang memiliki jumlah sperma yang kemungkinan besar, rendah.

Kesulitan lain adalah metode lama tentang penghitungan sperma bisa jadi terlalu melebih-elbihkan jumlah sperma.

Faktor-faktor itu bisa menciptakan pandangan keliru dalam jumlah sperma.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar