INILAHCOM, Jakarta - Merespon munculnya aktivitas pencucian uang, SAS Indonesia dan i3 Consulting berkolaborasi untuk menggelar seminar bagi eksekutif perbankan sekaligus memperkenalkan teknologi yang bisa menjadi solusi masalah tersebut.
Bertajuk Winning The Battle Against Money Laundering, seminar yang baru-baru ini digelar di Jakarta tersebut menghadirkan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin sebagai keynote speaker yang berbicara mengenai peran strategis penyedia jasa keuangan.
Selain itu, tampil juga Kepala Grup APU & PPT Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heni Nugraheni yang mempresentasikan informasi terbaru terkait peraturan Anti Pencucian Uang, Melawan Pembiayaan Terorisme dan Know Your Customer dari sisi pengawas perbankan.
PPATK dan OJK telah mendorong institusi finansial untuk memeriksa dengan teliti praktek anti pencucian uang di setiap institusi, dan menerapkan strategi terdepan untuk memonitor data terkait aktifitas terlarang.
Untuk memenuhi tuntutan ini, industri pencucian uang dan kerahasiaan bank telah beralih ke metodologi analitik dan statistik untuk mengurangi sinyal positif yang salah, meningkatkan pemantauan dan mengurangi biaya keuangan yang terus meningkat untuk mempertahankan program AML.
Dalam seminar ini, AML Domain Expert SAS Timur Tengah Abhishek Gupta menyebut bahwa kepatuhan semakin menjadi fungsi utama di bank. Menurutnya, analitik dan skenario pencucian uang terbaru mendorong evolusi program AML di dunia.
"Permintaan yang terus tumbuh untuk analitik KYC juga menambah momentum terhadap pasar dan kebutuhan kemampuan tambahan seperti peningkatan uji kelayakan, pengawasan transaksi, kalkulasi risiko, watch list, dan lain sebagainya," kata Abhishek.
Ia menambahkan, departemen AML tentu membutuhkan teknologi yang mampu meningkatkan kualitas data, memanfaatkan data analisis, memenuhi peraturan kepatuhan, dan fleksibel dalam beradaptasi.
Sementara itu, Country Manager SAS Indonesia Peter Sugiapranata menjelaskan bahwa Indonesia kini tengah menghadapi aktifitas pencucian uang yang memiliki implikasi yang besar terhadap kestabilan and integritas keuangan bahkan dapat berimplikasi kepada pembiayaan terorisme.
"Lembaga keuangan diharapkan mampu untuk menyelesaikan tantangan regulasi terkait anti-money laundering tapi di sisi lain bisnis tentu tidak boleh terhambat. Karena itu, dibutuhkan teknologi yang dapat membantu perbankan dalam menjawab tantangan anti-money laundering secara lebih efektif, lebih terstruktur, dan lebih efisien," ujar Peter.
Untuk mendukung penanganan terhadap data, dari pemrosesan big data sampai pada akses dan integrasi terhadap sumber data yang sudah ada, AML Solution Expert dari i3 Consulting India, Neeraj Tripathi, memperkenalkan sebuah solusi AML end-to-end yang mencakup semua langkah yang terlibat dalam proses AML di semua area utama.
Adapun langkah-langkah tersebut, menurutnya, meliputi pengawasan aktifitas mencurigakan, uji kelayakan pelanggan, penyaringan watch list, dan manajemen kasus investigasi.
"AML Select adalah sebuah solusi yang dikembangkan untuk membantu perbankan memenuhi regulasi utama AML dari PPATK dan OJK. Ini adalah solusi yang kuat dan terukur serta sangat mudah disesuaikan dengan setiap kebutuhan bank," papar Neeraj.
"Solusi ini akan memenuhi permintaan kepatuhan sebagaimana diatur oleh badan regulasi Indonesia. Mengidentifikasi transaksi mencurigakan berdasarkan skenario, menginvestigasi transaksi mencurigakan, memperoleh laporan aktifitas yang berjalan, dan menyediakan ringkasan dari semua dokumen," imbuhnya.
SAS Indonesia dan i3 Consulting meyakini bahwa pencucian uang adalah masalah yang serius, kebutuhan dan pentingnya secara otomatis memonitor pelanggan dan rekanan terkait potensi tindakan pencucian uang atau pembiayaan teroris adalah tidak terbantahkan.
Kamis, 24 November 2016
Teknologi Ini Jadi Solusi Lawan Pencucian Uang
Teknologi Ini Jadi Solusi Lawan Pencucian Uang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar