Laman

Sabtu, 11 Januari 2020

Mahalnya Ongkos Pelarian Carlos Ghosn

Mahalnya Ongkos Pelarian Carlos Ghosn

INILAHCOM, Jakarta - Hidup dalam pelarian terbukti berongkos mahal bagi mantan bos Nissan Carlos Ghosn, termasuk uang jaminan US$14 juta (sekitar Rp192,6 miliar) di pengadilan Jepang yang dipastikan hilang percuma karena pelariannya.

Sementara ongkos untuk kabur dari Jepang dan merayakan malam Tahun Baru 2020 di Beirut, Lebanon, ditaksir menghabiskan lebih US$15 juta (sekitar Rp206,3 miliar), demikian mengutip laporan Irish Times, Sabtu (11/1/2020).

Itu termasuk US$350 ribu (sekitar Rp4,8 miliar) untuk jet pribadi yang membawa Ghosn dari Osaka ke Istambul dan jutaan dolar lainnya untuk ekstrasi multinegara yang setidaknya membutuhkan 25 orang dalam setengah tahun merencanakan pelarian, menurut pakar keamanan swasta.

Arus keluar seperti itu membuat kekayaan Ghosn menyusut hingga 40 persen sejak dia ditangkap lebih dari setahun yang lalu di Bandara Haneda, Tokyo, menurut perkiraan Bloomberg Billionaires Index.

Kekayaannya sekarang diperkirakan sekitar US$70 juta (sekitar Rp963 miliar), turun dari US$120 juta (sekitar Rp1,65 triliun) pada saat penampilan pengadilan pertamanya setahun yang lalu.

Pada konferensi pers sepanjang 2,5 jam di Beirut, Lebanon, pada Rabu (8/1/2020), dengan berapi-api Ghosn berulang kali menyatakan tidak bersalah terhadap tuduhan bahwa ia meremehkan pendapatannya dan menyerbu sumber daya perusahaan untuk keuntungan pribadi.

Dia pun menuduh jaksa penuntut Jepang, pejabat pemerintah dan eksekutif Nissan Motor telah berkonspirasi untuk menjatuhkannya, dan dia bersikeras akan membersihkan namanya.

"Saya sudah terbiasa dengan apa yang Anda sebut misi mustahil," katanya dalam menanggapi pertanyaan dari para wartawan.

"Anda dapat mengharapkan saya di minggu-minggu mendatang untuk mengambil inisiatif untuk memberi tahu Anda bagaimana saya akan membersihkan nama saya," lanjut dia.

Itu mungkin termasuk buku yang menceritakan semuanya. Ghosn berencana untuk mempublikasikan kisah penangkapannya, menurut sebuah laporan yang dirilis NHK.



Di Prancis, otoritas setempat juga sudah memulai investigasi kemungkinan penyalahgunaan uang Renault oleh Ghosn untuk menjadi tuan rumah pesta mewah dan membayar biaya konsultasi.

Mantan eksekutif Nissan dan Renault itu juga setuju untuk membayar US$1 juta (sekitar Rp13,7 miliar) guna menyelesaikan keluhan sipil dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS, yang mengatakan ia gagal mengungkapkan secara tepat potensi pembayaran pensiun, tanpa mengakui atau menyangkal kesalahan.

Pada konferensi persnya, Ghosn mengklaim bahwa dia tidak melakukan hal yang tidak diinginkan dalam menyelenggarakan acara di Istana Versailles.

Mengenai denda Securities and Exchange Commission (SEC), pengacara Ghosn mengatakan sebelumnya, "Kami sangat senang telah menyelesaikan masalah ini di AS tanpa temuan atau pengakuan kesalahan."

Kuasa hukum Ghosn di AS, Paul Weiss Rifkind Wharton dan Garrison, menolak untuk mengomentari perkiraan kekayaan yang dilansir Bloomberg atau pada penyelesaian SEC. Pengacara Lebanon Ghosn juga menolak berkomentar.

Nissan sedang mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap Ghosn di Lebanon, orang-orang yang mengetahui rencana perusahaan mengatakan, untuk mendapatkan kembali uang yang diklaimnya tidak digunakan dengan benar.

Pembuat mobil itu berusaha mengusirnya dari tempat peristirahatan di Beirut yang masih bisa dia akses. Nissan membelinya seharga US$8,75 juta (sekitar Rp120,4 miliar), kemudian merenovasi dan menyediakannya untuk Ghosn, menurut seseorang yang akrab dengan masalah tersebut.

"Penerbangan Ghosn tidak akan memengaruhi kebijakan dasar Nissan yang membuatnya bertanggung jawab atas kesalahan serius yang ditemukan oleh penyelidikan internal," kata pabrikan mobil yang berbasis di Yokohama itu.

Kasus yang menyeret Ghosn berikut pelariannya dari Jepang telah membuat Nissan kian tersakiti secara reputasi maupun finansial.

Kapitalisasi pasar Nissan telah turun lebih dari US$10 miliar (sekitar Rp137,6 triliun) sejak penangkapannya.

"Mereka kehilangan lebih dari US$40 juta (sekitar Rp550 miliar) sehari," kata Ghosn saat konferensi pers, Rabu.



Kerugian itu bertepatan dengan krisis keseluruhan di industri otomotif, yang telah memukul laba, tetapi Ghosn berpendapat keinginan Nissan untuk mendepaknya telah merusak laba dan nilai pemegang saham.

Bloomberg News juga melaporkan bahwa Nissan membelanjakan US$200 juta (sekitar Rp2,75 triliun) untuk pengacara, penyelidik dan detektif swasta selama skandal, sebuah klaim yang dibantah oleh orang dalam.

"Angka itu sangat dibesar-besarkan. Anda mungkin perlu mengambil satu nol," satu sumber di dalam Nissan mengatakan kepada AFP.

Apakah Ghosn akan mendapatkan kebebasan sebenarnya dan bisa membersihkan namanya di Libanon? Itu masih menjadi misteri. [tar/ikh]

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar