INILAHCOM, Jakarta - Order fiktif (opik) demi mendongkrak performa agar mendapatkan bonus belakangan kian marak di kalangan sopir ojek online.
Menanggapi beragam kecurangan yang dilakukan mitra pengemudi Vice President Corporate Affairs Gojek, Michael Reza Say mengklaim bahwa perusahaannya sudah berhasil menangkal sebagian besar order fiktif sebelum sampai ke mitra pengemudi Gojek.
"Sistem kami sudah lebih baik dalam mengidentifikasi dan menangani ofik, dimana 90% ofik sudah berhasil kami hentikan sebelum sampai ke aplikasi mitra pengemudi Gojek," tulisnya dalam siaran persnya, Jumat (8/6).
Sebelumnya, berdasarkan survei Institute for Development of Economics and finance (lNDEF) pengemudi Gojek disebut lebih sering mendapat ofik ketimbang Grab.
Sebanyak 42 persen responden mengatakan order fiktif paling sering ditemukan di aplikasi Gojek. Sementara 28,3 persen responden menemukan order fiktif di Grab. Survei dilakukan terhadap 516 pengemudi Gojek dan Grabplatform Gojek disebut memiliki ofik
Gojek menyebut bahwa sistem mereka mendeteksi kalau lebih dari 80 persen sebaran ofik terkonsentrasi di area-area dan jam tertentu.
"Kami mencurigai kalau aksi ofik ini sengaja dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang memiliki misi hanya untuk membawa order fiktif ke platform GO-JEK," lanjutnya.
Lebih lanjut Reza menyebut bahwa permasalahan ofik adalah masalah kompleks. Menurutnya hal ini dilakukan oleh pengemudi Gojek yang sengaja curang juga pengguna Gojek yang menyalahgunakan aplikasi.
"Teknologi kami terus mendeteksi akar permasalahan ofik," tuturnya.
Hingga Juni 2018, GO-JEK telah memberikan sanksi ke ratusan ribu pelaku order fiktif, baik pengemudi maupun customer.
”Sebagai platform penyedia multi-layanan terbesar di Indonesia, kami akan terus berupaya menyempurnakan sistem kami, serta terus bekerja sama dengan pihak yang berwenang agar mitra kami dapat nyaman dalam bekerja dan pelanggan mendapatkan layanan terbaik,” tekad Nila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar