INILAHCOM, Jakarta - Twitter memperingatkan 330 juta penggunanya di seluruh dunia untuk mengganti kata sandi atau password setelah gangguan teknis menyebabkan tingkat keamanan penyimpanan password bisa terkompromikan.
Layanan jejaring sosial mikrobloging ini menegaskan investigasi internal tidak menemukan indikasi bahwa password pengguna dicuri atau disalahgunakan oleh orang dalam. Meski demikian, mereka meminta semua pengguna untuk mengganti password sebagai 'tindakan antisipasi'.
Mengutip BBC, seruan ini langsung disebar oleh Twitter dan mereka yang membuka aplikasi ini pada Jumat pagi (4/5/2018) melalui desktop mungkin akan langsung menerima pesan pop-up untuk mengganti password.
Twitter tidak mengumumkan berapa jumlah akun yang terkena dampak dari gangguan teknis tersebut. Tapi, diyakini jumlahnya 'cukup banyak' dan diduga 'sudah berlangsung selama beberapa bulan'.
Twitter menemukan bug yang menyebabkan gangguan teknis tersebut beberapa pekan lalu dan sudah melaporkannya ke pihak regulator, kata kantor berita Reuters.
Tulisan di blog resmi Twitter menjelaskan bahwa gangguan teknis tersebut terkait dengan pemakaian 'hashing' yang berfungsi menyamarkan kata sandi pengguna.
We recently discovered a bug where account passwords were being written to an internal log before completing a masking/hashing process. We’ve fixed, see no indication of breach or misuse, and believe it’s important for us to be open about this internal defect. https://t.co/BJezo7Gk00
— jack (@jack) May 3, 2018
Satu bug membuat password disimpan di log komputer internal sebelum proses 'hashing' rampung.
"Kami meminta maaf dan menyesalkan insiden ini terjadi," kata tulisan di blog Twitter.
Selain diminta mengganti password, para pengguna diminta untuk mengatifkan otentifikasi dua faktor untuk membantu meningkatkan keamanan akun agar tidak mudah diretas.
Keamanan data pengguna menjadi perbincangan setelah terungkap setidaknya 87 juta data pengguna Facebook, termasuk 1,1 juta pengguna di Indonesia, dipanen secara tidak sah oleh lembaga konsultan politik berbasis di London, Cambridge Analytica.
Skandal ini membuat Facebook meminta maaf dan mengambil sejumlah tindakan untuk menjamin keamanan data pengguna.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar