INILAHCOM, Brussels - Berkurangnya tingkat kepercayaan terhadap Facebook terkait skandal kebocoran data pengguna ke Cambridge Analytica bisa mendorong Uni Eropa membuat peraturan baru terkait ujaran kebencian dan memberikan sanksi berat, demikian ungkap komisi Eropa.
The Guardian melaporkan, badan eksekutif Uni Eropa kini tengah mempertimbangkan cara agar ujaran kebencian dengan cepat dihapus dari media sosial. Salah satu opsi yang mereka pertimbangkan adalah peraturan yang lebih keras dari yang ada saat ini.
Komisioner untuk konsumen dan keadilan, Jourova, mengatakan bahwa sistem yang ada saat ini didasarkan pada kepercayaan pada Facebook dan perusahaan serupa untuk menghapus konten ujaran kebencian dan melaporkannya.
Sayangnya, kepercayaan pada Facebook memudar setelah skandal tentang penyalahgunaan data pengguna mencuat.
Jourova menyebut dia akan menanyai COO Facebook Sheryl Sandberg 'pertanyaan-pertanyaan tak terjawab' mengenai kesalahan Facebook di masa lalu dan rencana mereka di masa depan.
"Saya ingin membahas dengannya langkah yang diambil untuk memastikan skandal ini tidak berulang," kata Jourova.
"Mungkin, kita juga akan membahas tentang cara penanganan ujaran kebencian. Untuk saya, tentu saja keduanya penting: keduanya berdampak pada hukum Uni Eropa," imbuhnya.
"Menyangkut ujaran kebencian, kita bekerja sama berdasarkan kesukarelaan. Sebelum ini, kode etik terkait ujaran kebencian adalah bagian penting dari tugas bersama dan saya ingin terus melanjutkannya. Namun, kerja sama itu berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan itu harus ada. Mereka harus bekerja keras untuk memulihkan kepercayaan itu," pungkas Jourova.
Senin, 16 April 2018
Uni Eropa Akan Perketat Regulasi Ujaran Kebencian
Uni Eropa Akan Perketat Regulasi Ujaran Kebencian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar