Laman

Minggu, 01 Oktober 2017

Katak Purba Ini Sanggup Melahap Dinosaurus

Katak Purba Ini Sanggup Melahap Dinosaurus

INILAHCOM, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa ada spesies katak purba yang hidup sekitar 70 juta tahun yang lalu mampu melahap dinosaurus.

Dengan tubuh sebesar bola pantai, Beelzebufo ampinga adalah katak terbesar yang diketahui manusia. Spesies ini mirip dengan katak Ceratophrys modern yang memiliki badan bulat dan mulut yang sangat besar sehingga dijuluki katak Pacman.

Menggunakan skala perbandingan dengan katak Ceratophrys, para peneliti pun mengukur kekuatan rahang Beelzebufo ampinga. Para peneliti menggunakan tranduser tekanan buatan berupa dua plat yang dilapisi kulit. Saat seekor katak menggigit plat, tranduser akan mengkalkulasi kekuatan gigitan dengan akurat.

Dengan lebar kepala 4,5 cm, Ceratophrys ternyata memiliki kekuatan gigitan sebesar 30 Newton atau sekitar 3 kg yang diggunakannya untuk menjepit mangsanya yang bergerak-gerak.

Sementara itu, katak bertanduk besar dengan mulut 10 cm memiliki kekuatan gigitan sebesar 500 Newton atau 50 kg. Katak yang hidup di Amerika Selatan ini punya kekuatan yang setara dengan kura-kura, buaya, dan mamalia pemangsa dengan ukuran mulut yang sama.

"Tidak seperti kebanyakan katak yang memiliki rahang lemah dan mengonsumsi mangsa kecil, katak bertanduk menyergap hewan yang sebesar dirinya, termasuk katak lain, ular, dan hewan pengerat. rahang kuat mereka memainkan peran penting dalam meraih dan menaklukkan mangsanya," kata Marc Jones, peneliti dari University of Adelaide dan South Australian Museum.

Science Alert melansir, Beelzebufo ampinga memiliki lebar mulut sekitar 15,4 cm. Kekuatan gigitannya bisa mencapai 2.200 Newton atau sekitar 224 kg. Kekuatan ini setara dengan kura-kura penggigit yang mampu mematahkan jari manusia.

"Pada kekuatan gigitan ini, Beelzebufo akan mampu menaklukkan dinosaurus kecil dan remaja yang berbagi lingkungan dengannya," kata Jones.

Hasil penelitan ini telah dipublikasi di Scientific Reports edisi 20 September 2017, demikian laporan National Geographic.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar