INILAHCOM, Beijing - China kini tengah menuju era elektrifikasi di industri otomotif dengan mencatat lonjakan penjualan kendaraan bertenaga listrik yaitu lebih dari 300 ribu unit pada tahun lalu.
Diperkirakan, penjualan ini akan terus melonjak hingga mencapai lebih dari 5 juta unit pada 2020 mendatang. Untuk itu, pihak Pemerintah China pun telah mengumumkan dukungan bagi pembangunan sejumlah pabrik baterai berkapasitas besar.
Namun, fakta mengejutkan datang dari industri otomotif. Mobil bertenaga listrik yang diklaim mampu mengatasi ancaman pemanasan global, tampaknya tidak dapat memperlihatkan efek positif tersebut.
Mengutip Bloomberg, langkah Pemerintah China untuk mengurangi jumlah kendaraan konvensional tidak dapat segera mengurangi emisi karbon di negaranya tersebut.
Sebaliknya, produksi kendaraan bertenaga listrik di China justru semakin menghasilkan lebih banyak gas efek rumah kaca dan membutuhkan penyerapan energi yang lebih besar. Dengan kata lain, tingkat emisi gas rumah kaca China terus melonjak, bukan sebaliknya.
Meski kendaraan listrik terlihat ramah lingkungan serta hemat energi dibandingkan kendaraan konvensional, namun kenyataan yang lebih kompleks turut menyertainya. Untuk produksi kendaraan listrik memerlukan penambahan insentif untuk energi seperti lithium sebagai bahan utama pembuatan baterai kendaraan tersebut.
China mencatat kendaraan listrik berkontribusi terhadap 50 persen kenaikan emisi gas rumah kaca dan 50 persen tingkat konsumsi energi selama masa hidupnya. Selain itu, produksi baterai lithium sendiri berkontribusi terhadap 13 persen konsumsi energi dan 20 persen tingkat emisi.
Sebaliknya, berbeda dengan negara maju mendapatkan hasil terbaik, karena mereka cenderung menghasilkan listrik dengan menggunakan sumber yang lebih bersih.
Dengan satu perkiraan, rata-rata mobil listrik di AS hanya memiliki separuh dampak gas rumah kaca dari mobil konvensional selama siklus hidupnya.
Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut telah memiliki pembangkit listrik yang menghasilkan lebih banyak daya terbarukan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh negara-negara di Eropa, kendaraan listrik di wilayah tersebut mencatat kendaraan listrik menawarkan setidaknya pengurangan 10 persen emisi gas rumah kaca serta Eropa juga memberlakukan sejumlah biaya lingkungan dalam proses penambangan sejumlah logam langka untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Tentu saja, kondisi ini terkait dengan infrastruktur energi di China dalam memproduksi listrik yang masih sangat bergantung pada sumber karbon tinggi termasuk batubara.
Kendaraan listrik dapat membantu China mengurangi emisi rumah kaca hanya dalam konteks pergeseran yang lebih dalam terhadap sumber energi terbarukan dan efisiensi yang lebih besar. Tak ada satu teknologi pun yang bisa menciptakan revolusi hijau.
Kamis, 06 Juli 2017
'Rahasia Kotor' di Balik Tren Mobil Listrik China
'Rahasia Kotor' di Balik Tren Mobil Listrik China

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar