INILAHCOM, New York - Sebanyak 116 tokoh di bidang robotik dan kecerdasan buatan mendesak PBB untuk mengambil langkah demi mencegah pengembangan senjata otomatis yang mereka sebut sebagai 'robot pembunuh'.
Sepucuk surat kepada PBB dikirimkan para tokoh tersebut menegaskan bahwa dunia makin dekat pada 'revolusi ketiga perangkat perang' yang sangat berbahaya, yakni robot pembunuh.
Dalam surat yang melibatkan antara lain multi miliuner pendiri dan pemimpin Tesla, Elon Musk, serta pendiri Google DeepMind, Mustafa Suleyman, disebutkan bahwa 'teknologi otonom yang mematikan' laksana sebuah 'kotak Pandora' yang berbahaya dan bahwa kita sedang berpacu dengan waktu.
Ke 116 tokoh itu meminta larangan penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intellegent (AI) dalam pengembangan persenjataan.
"Sekali dikembangkan, maka konflik bersenjata akan meningkat ke suatu skala besar yang tak pernah terjadi sebelumnya, dan bisa melesat jauh lebih cepat dari yang dapat dipahami manusia," demikian bunyi surat tersebut seperti dikutip BBC.
"Hal itu bisa menjadi senjata untuk teror, senjata yang digunakan teroris dan despot terhadap warga biasa, dan senjata yang diretas untuk berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan," imbuh mereka dalam surat itu.
Apa itu 'robot pembunuh'?
Robot pembunuh adalah senjata yang sepenuhnya mandiri atau otonom yang dapat memilih dan mengincar sasaran tanpa campur tangan manusia. Sampai saat ini, robot-robot itu belum ada tapi kemajuan teknologi membuatnya bisa terwujud dalam waktu dekat.
Mereka yang setuju pada robot pembunuh menyebut bahwa undang-undang perang saat ini bisa memadai untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul jika robot-robot itu dikerahkan dalam penugasan perang.
Menurut mereka, yang bisa dilakukan sekarang adalah moratorium, bukan larangan langsung.
Namun, mereka yang menentang penggunaannya menyebut bahwa robot jenis ini adalah ancaman bagi kemanusiaan dan karenanya robot pembunuh dan jenis mesin pembunuh 'otonom' lainnya harus dilarang.
Ada nada mendesak dalam pesan dari para tokoh teknologi itu, berupa peringatan bahwa 'waktu kita untuk bertindak sama sekali tidak lama'.
"Setelah kotak Pandora ini dibuka, akan sulit ditutup lagi," kata mereka.
Para ahli meminta apa yang mereka anggap sebagai teknologi 'yang salah secara moral' itu untuk ditambahkan ke daftar senjata yang dilarang berdasarkan Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional Tertentu (CCW).
Sebuah kelompok PBB yang berfokus pada persenjataan otonom dijadwalkan bertemu pada hari Senin (21/8/2017), namun pertemuan tersebut telah ditunda ke bulan November.
Kemungkinan larangan pengembangan teknologi 'robot pembunuh' telah dibahas sebelumnya oleh beberapa komite PBB.
Pada tahun 2015, lebih dari 1.000 pakar teknologi, ilmuwan, dan peneliti juga menulis sepucuk surat peringatan tentang bahaya persenjataan mandiri.
Penandatangan surat itu antara lain astrofisikawan Stephen Hawking, pendiri Apple Steve Wozniak, dan Elon Musk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar